Proses Pembuatan Sosis Fermentasi
Bahan
utama yang digunakan pada pembuatan sosis fermentasi yaitu daging.
Selain itu, terdapat bahan-bahan khusus yang ditambahkan antara lain
garam, nitrit, gula, rempah-rempah (merica, bawang putih, lada), dan
starter. Pada pembuatan sosis fermentasi digunakan casing atau selongsong yang berfungsi sebagai cetakan.
-
Daging
Daging
merupakan sumber protein berkualitas tinggi, mengandung vitamin B dan
mineral, khususnya besi. Secara umum dapat dikatakan bahwa daging
terdiri dari air dan bahan- bahan padat. Bahan padat daging terdiri dari
bahan – bahan yang mengandung nitrogen, mineral, garam dan abu. Kurang
lebih 20% dari semua bahan padat dalam daging adalah protein. Bagian
potongan daging yang dapat digunakan sebagai bahan baku sosis adalah
potongan daging seperti beef short ribs, chuck, dan round pork shoulder. Karakteristik daging yang digunakan adalah yang memiliki daya mengikat air.
-
Garam
Garam
yang digunakan dalam pembuatan produk sosis adalah jenis garam dapur
(NaCl), garam tidak hanya berfungsi sebagai pembentuk flavor, namun juga
berpengaruh dalam pembentukan karakteristik fisik dan adonan. Garam
mempunyai peran yang cukup menentukan yaitu memberikan kelezatan produk,
mempertahankan flavor dari bahan-bahan yang digunakan, serta berfungsi
sebagai pengikat adonan sehingga mengurangi kelengketan. Selain itu,
garam juga dapat membantu mencegah berkembangnya mikroba yang ada dalam
adonan. Komposisi garam dalam sosis berkisar 1-3%.
-
Nitrit
Nitrat
merupakan sumber nitrit. Nitrat akan diubah menjadi nitrit kemudian
diubah menjadi NO melalui reduksi. Reduksi terjaid karena adanya
aktivitas mikrobia. Fungsi dari nitrit adalah menstabilkan warna dari
jaringan untuk mengkontribusi karakter dari daging curing untuk
menghambat pertumbuhan dari racun makanan dan mikroorganisme pembusuk,
menghambat ketengikan, memberi flavor spesifik, efektif mencengah
pertumbuhan Clostridium botulinum. Jumlah nitrat/nitrit maksimal 200 ppm
pada produk akhir.
-
Gula
Penambahan
gula terutama sukrosa dan glukosa selain sebagai substrat fermentasi
untuk pertumbuhan bakteri asam laktat, juga berperan dalam pembentukan
cita rasa dan tekstur sosis fermentasi. Gula sebagai bahan pengawet
berfungsi sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri asam laktat yang
akan memulai proses fermentasi. Gula yang ditambahkan akan difermentasi
menjadi asam laktat oleh bakteri asam laktat dan menghasilkan flavor
yang tajam. Gula yang ditambahkan secara tepat dapat mengaktifkan proses
fermentasi dan mempercepat penurunan pH.
-
Rempah-Rempah
Biji
merica digunakan sebagai bumbu pemberi rasa dan aroma, karena
rempah-rempah dapat menyamarkan makanan dengan penutup rasa makanan yang
kurang enak. Selain itu juga berfungsi sebagai pengawet. Bawang putih
merupakan bumbu yang sangat khas dalam pembuatan sosis fermentasi.
Bawang putih mengandung antioksidan yang kuat dan dapat memperpanjang
daya tahan sosis. Bawang putih dapat dipakai sebagai pengawet karena
bersifat bakteriostatik. Lada biasanya digunakan pada semua tipe sosis
fermentasi sebanyak 0,2-0,3% dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan Listeria monocytogenes.
-
Kultur Starter
Mikroorganisme
yang digunakan sebagai kultur starter pada umumnya dibagi menjadi dua
grup, yaitu kelompok bakteri asam laktat, peran utamanya adalah
bertanggung jawab terhadap proses asidifikasi dan kelompok
mikroorganisme pembentuk flavor sering mampu mereduksi nitrat. Kelompok
pertama terdiri atas Lactobacillus dan Pediococcus, yang kedua adalah kelompok Microccaceae, kapang.
Bakteri
asam laktat yang digunakan sebagai kultur starter harus dapat memenuhi
kriteria yaitu: 1) mampu bersaing dengan mikroorganisme lain, 2)
memproduksi asam laktat secara cepat, 3) mampu tumbuh pada konsentrasi
garam kurang dari 6%, 4) mampu bereaksi dengan dengan konsentrasi
kurang dari 100 mg/kg, 5) mampu tumbuh pada suhu antara 15-40˚C, 6)
termasuk bakteri homofermentatif, 7) tidak menghasilkan peroksida dalam
jumlah besar, 8) dapat mereduksi nitrit dan nitrat, 9) dapat
meningkatkan flavour produk akhir, 10) tidak memproduksi
senyawa asam amino, 11) dapat membunuh bakteri pembusuk dan patogen, dan
12) bersifat sinergis dengan senyawa starter lain.
Starter bakteri asam laktat yang banyak digunakan biasanya dari golongan Lactobacillus.
Penggunaan kultur starter dalam pembuatan sosis fermentasi dilakukan
untuk meningkatkan mutu produk produk dengan meningkatakan keamanan
produk, memperpanjang umur simpan, dan menghasilkan produk yang
konsisten.
Lactobacillus plantarum
merupakan bakteri berbentuk batang, umumnya berukuran 0,7-1,0 sampai
3,0-8,0 mikron, tunggal atau dalam rantai-rantai pendek, dengan ujung
yang melingkar. Organisme ini cenderung berbentuk batang pendek dalam
kondisi pertumbuhan yang sesuai dan akan cenderung lebih panjang di
bawah kondisi yang tidak menguntungkan. Bakteri ini termasuk
homofermentatif dengan suhu minimum 10°C, maksimum 40°C dan optimum 30°C. Lactobacillus plantarum mampu memproduksi H2O2
dalam jumlah yang tinggi dan berfungsi sebagai antibakteri yang dapat
menyebabkan adanya daya hambat terhadap pertumbuhan mikroorganisme lain.
-
Selongsong
Selongsong
adalah bahan pengemas sosis yang umumnya berbentuk silindris.
Selongsong sosis dapat berfungsi sebagai cetakan selama pengolahan,
pembungkus selama penanganan dan pengangkutan serta sebagai media
display selama diperdagangkan. Penggunaan casing dalam
pembuatan sosis bertujuan untuk membentuk dan menjaga stabilitas sosis
serta melindungi dari kerusakan kimia seperti oksidasi, mikroba, atau
kerusakan fisik seperti ketengikan.
Terdapat 5 jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis yaitu alami, kolagen, selulosa, plastic, serta logam. Casing alami biasanya terbuat dari usus alami hewan, casing ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi dan melekat pada produk, sedangkan kerugian dari casing ini adalah produk ini tidak awet. Casing kolagen
biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar, keuntungan dari jenis
casing ini dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk. Casing selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan dari casing selulosa adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Kekurangan dari casing ini adalah sangat keras dan dianjurkan untuk tidak dimakan.
Proses pembuatan sosis fermentasi meliputi tahapan persiapan, chilling/ freezing, pemberian bumbu dan pencampuran, filling/ pengisian, fermentasi, pengasapan aging/ drying, dan penyimpanan.
-
Persiapan
Pada
tahap ini, dilakukan pemilihan daging yang baik kemudian
dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil. Daging tersebut
kemudian dicincang menjadi daging yang lebih halus. Dalam tahap ini
harus dilakukan proses penanganan yang tepat agar daging tidak mengalami
kontaminasi silang.
-
Chilling/ Freezing
Pertumbuhan
mikroorganisme dalam pangan dapat dicegah dengan cara penurunan suhu.
Terdapat dua macam pengawetan dengan suhu rendah, yaitu pendinginan cara
chilling dan deep-feezing (pembekuan pada suhu sangat rendah).
Pada pendinginan cara chilling,
pangan ditempatkan pada suhu diatas titik beku air (diatas 0°C). Suhu
di dalam alat pendingin rumah tangga adalah dalam kisaran 0-5°C.
Pertumbuhan hampir semua mikroorganisme diperlambat dan beberapa
diantaranya dapat mengalami kematian. Namun beberapa mikroorganisme
tetap tumbuh lambat pada suhu tersebut dan spora bakteri tetap bertahan
hidup.
Pada deep-freezing, pangan disimpan pada suhu -18°C atau lebih rendah lagi. Freezing
tidak dapat mensterilkan makanan atau membunuh mikroorganisme pembusuk
yang menyebabkan bahan atau produk rusak, melainkan hanya mampu
menginaktifkan kerja dari enzim bakteri pembusuk, sehingga dapat
memperlambat kerja dari mikroba pembusuk tersebut.
-
Pemberian Bumbu dan Pencampuran
Bumbu-bumbu
yang digunakan dalam pembuatan sosis adalah lada, pala ,bawang putih,
gula dan garam. Jumlah dan variasi bumbu yang digunakan tergantung
selera, daerah dan aroma yang dikehendaki. Setelah daging dicincang
halus, bumbu-bumbu ditambahkan pada adonan daging cincang kemudian
dicampur hingga merata. Sluri dibuat dari bumbu-bumbu dan garam
menggunakan dua gelas air lalu dicampur merata. Penambahan air bertujuan
untuk memecah curing agents, memfasilitasi proses pencampuran dan
memberikan karakteristik tekstur dan rasa pada produk sosis.
-
Filling/ Pengisian
Stuffing
merupakan tahap pengisian adonan sosis ke dalam selongsong. Pengisisan
adonan sosis ke dalam selongsong tergantung tipe sosis, ukuran kemudahan
proses, penyimpanan serta permintaan konsumen. Pemasukan adonan sosis
ke dalam casing menggunakan alat khusus (disebut stuffer) yang bertujuan membentuk dan mempertahankan kestabilan sosis.
-
Fermentasi
Tahapan
ini merupakan tahap peningkatan suhu sosis yang memungkinkan bakteri
alami tumbuh dan bereaksi dengan daging. Fermentasi merupakan tahapan
penting pada proses pembuatan sosis dan suhu yang tepat juga memainkan
peran yang penting. Semakin tinggi suhu, maka semakin tinggi kecepatan
pertumbuhan bakteri. Suhu pertumbuhan yang terbaik adalah suhu tubuh
kita (36,6°C).
Pengasapan
Pengasapan
dilakukan pada suhu 70°C selama 30 menit, asap diusahakan menempel dan
masuk ke dalam casing sehingga sosis berflavor asap. Pengasapan adalah
suau cara pengawetan bahan makanan terutama pada daging dan ikan.
Pengasapan dapat memberikan cita rasa khas, mengawetkan, dan memberikan
warna yang khas.
-
Aging/ Drying
Pengeringan
merupakan suatu metode untuk mengurangi/ mengeluarkan sebagian air dari
sosis dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi
panas. Biasanya kandungan air sosis dikurangi sampai batas agar mikroba
tidak dapat tumbuh didalamnya. Kadar air berpengaruh terhadap tekstur
sosis. Pengeringan dapat menurunkan kandungan air dan menyebabkan
pemekatan dari bahan-bahan yang ditinggal seperti karbohidrat, lemak,
protein sehingga bahan pangan memiliki kualitas simpan yang lebih baik.
-
Penyimpanan
Faktor
yang mempengaruhi stabilitas penyimpanan dalam pangan meliputi jenis
dan bahan baku yang digunakan, metode dan keefektifan pengolahan, jenis
dan keadaan kemasan, perlakuan mekanis yang cukup berat dalam produk
yang dikemas dala penyimpanan, dan distribusi dan juga pengaruh yang
ditimbulkan oleh suhu dan kelembaban penyimpanan.